Jumat, 04 Desember 2015

Penanganan siswa hiperaktif



UPAYA PENANGANAN SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH YANG HIPERAKTIF DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Abstrak:  Siswa yang hiperaktif sering disebut dengan anak nakal, karena mereka sering menggangu proses pembelajaran, anak hiperaktif memiliki energi yang lebih dari anak normal, sehingga energi yang dimilikinya harus disalurkan ke kegiatan yag baik. Jika pada saat pembelajaran anak hiperaktif cenderung ramai, tidak dapat duduk dengan tenang, maka guru perlu melakukan trik-trik agar siswa tersebut dapat belajar tanpa menggangu pembelajaran seperti dengan trik menyalurkan mereka ke ekstrakulikuler yang berhubungan dengan kegiatan fisik, memanfaatkan mereka untuk membantu proses pembelajaran, memberikan reword atau pujian jika mereka mengerjakan sesuatu hal dengan baik, dan juga guru perlu bekerjasama dengan orang tua siswa yang hiperaktif tersebut.

Kata kunci: Hiperaktif

PENDAHULUAN
Setiap siswa memiliki karakter  yang berbeda dengan siswa yang lain, begitu pula dengan gaya belajarnya. Sebagian siswa bisa belajar dengan sangat baik hanya dengan melihat orang lain melakukannya, biasanya mereka menyukai penyajian informasi yang runtut, mereka lebih suka menuliskan apa yang dikatakan guru selama pelajaran, mereka biasanya diam dan jarang terganggu oleh kebisingan. Peeserta didik visual ini berbeda dengan peserta didik audiotori, yang biasanya tidak sungkan-sungkan untuk memperhatikan apa yang dikerjakan oleh guru dan membuat catatan, selama pelajaran mereka mungkin banyak bicara dan  mudah teralihkan perhatiannya oleh suara dan kebisingan.. Peserta didik kinestetik belajar terutama dengan terlibat langsung dalam kegiatan, mereka cenderung implusif dan kurang sabaran selama pelajaran , mereka mungkin saja gelisa bila tidak leluasa bergerak dan mengerjakan sesuatu cara mereka belajar boleh jadi tampak sembarang dan tidak karuan (Siberman: 1996,28)
Biasanya gaya belajar kinestetik dimiliki oleh anak yang hiperaktif, siswa seperti ini memiliki energi yang lebih sehingga di dalam kelas mereka cenderung bermain sendiri atau menyalurkan energi mereka dengan berbagai kegiatan pada saat pembelajaran. Namun kenyataan yang sering terjadi pada proses pembelajaran,  siswa yang hiperaktif sering disebut dengan anak nakal, karena siswa yang hiperaktif sering menggangu proses pembelajaran dikelas.
Guru sebagai tenaga kependidikan memiliki peran penting dalam menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, mengembangkan, mengelola dan memberi pelayanan teknis dalam pendidikan. (Simanjuntak,1993;34). Dengan begitu guru perlu mengetahui cara penanganan siswa yang hiperaktif agar tidak menggangu kelas pada saat pembelajaran dan juga siswa yang hiperaktif dapat belajar dengan baik bersama teman-temannya di kelas.
Dari latar belakang diatas, maka penulis mengambil judul pada paper ini yaitu “Upaya Penanganan Siswa Madrasah Ibtidaiyah Yang Hiperaktif Dalam Proses Pembelajaran
Rumusan masalah pada artikel ini adalah bagaimana upaya penanganan siswa Madrasah Ibtidaiyah yang hiperaktif dalam proses pembelajaran?. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya penanganan siswa Madrasah Ibtidaiyah yang hiperaktif dalam proses pembelajaran.

PEMBAHASAN

Ditinjau secara psikologis, hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal yang disebabkan disfungsi neurologia dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian. Begitu pula anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian.
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Terhadap kondisi siswa yang demikian, biasanya para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping karena keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaran guru atau teman, dan mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya
Para ahli mengelompokan ADHD ke dalam 3 jenis yaitu 1) Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian, mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif, mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan, mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti sedang berada “di awang-awang”. 2) Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive, mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa memusatkan perhatian, tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil. 3) Tipe gabungan. mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. (https://ideguru.wordpress.com/2010/04/08/pengertian-anak-hiperaktif)
Hiperaktif disebabkan kerusakan kecil pada system saraf pusat dan otak sehingga rentang konsentrasi penderita menjadi sangat pendek dan sulit dikendalikan. Penyebab lainnya dikarenakan temperamen bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi otak, serta epilepsi. Atau bisa juga karena gangguan di kepala seperti geger otak, trauma kepala karena persalinan sulit atau pernah terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan alergi makanan.
Adapun ciri-ciri anak yang hiperaktif yaitu 1) Tidak ada perhatian, ketidak mampuan memusatkan perhatian atau ketidakmampuan berkonsentrasi pada beberapa hal 2) Hiperaktif, mempunyai terlalu banyak energi. Misalnya berbicara terus menerus, tidak mampu duduk diam, selalu bergerak, dan sulit tidur. 3) Impulsif, sulit untuk menunggu giliran dalam permainan, sulit mengatur pekerjaannya, bertindak tanpa dipikir,. 4) Menentang, anak dengan gangguan hiperaktivisme umumnya memiliki sikap penentang, pembangkang atau tidak mau mengikuti peraturan, 5) Destruktif, perilakunya bersifat destruktif atau merusak.  6) Tanpa tujuan, semua aktivitas dilakukan tanpa tujuan jelas. 7) Tidak sabar dan usil, ketika bermain dia tidak mau menunggu giliran, anak hiperaktif seringkali mengusili temannya tanpa alasan yang jelas. (http://kumpulankepribadiananak.blogspot.com/2013/12/makalah-karakteristik-dan-penanganan_8404.html diunduh pada tanggal 16 Juni 2015)
Untuk menangani perilaku hiperaktif, penanganan harus dilakukan secara bertahap dan fokus pada gangguan yang akan dikurangi/dihilangkan atau perilaku mana yang akan dikembangkan. Untuk memulai langkah penanganan, guru harus mencatat perilaku mana yang akan dihilangkan dan perilaku mana yang akan dikembangkan. Dari mana kita mendapat data tentang perilaku itu, bisa kita peroleh melalui pengamatan terhadap perilaku anak di kelas selain itu dapat pula diperoleh melalui wawancara dengan orangtua anak. Setelah mencatat dan mengelompokkan perilaku yang akan dihilangkan atau dikurangi dan perilaku yang akan dikembangkan.
Selanjutnya dapat dilakukan teknik-teknik penanganan yang berikut ini: Pertama, menghilangkan atau mengurangi tingkah laku yang tidak dikehendaki, carilah faktor pemicu dari perilaku yang tidak dikehendaki itu muncul. Cara menghilangkan factor pemicu dapat dilakukan melalui teknik-teknik 1) ekstingsi, yaitu tidak merespon tingkah laku yang tidak dikehendaki sampai anak menghentikannya. Contoh, guru mengabaikan siswa yang berbicara tanpa mengangkat tangan terlebih dahulu. 2) satiasi, yaitu memberikan apa yang anak inginkan sebelum menuntutnya. Contohnya, anak yang suka memukul-mukul meja mintalah anak tersebut untuk terus memukul meja 3) time out. Anak dipindahkan dari tempat di mana tingkah laku yang tidak dikehendaki terjadi 4) hukuman. Cara ini jarang diterapkan karena khawatir dampak negatifnya. namun jika akan diterapkan maka perlu memperhatikan hal-hal berikut ini: (a) diberlakukan untuk perilaku yang sangat membahayakan dan agar tidak berlanjut misalnya perilaku agresif, (b) jika prosedur lain tidak berhasil, (c) berikan hukuman ringan yang terbukti efektif (d) jangan menghukum dalam keadaan marah
 Kedua, Mengembangkan tingkah laku yang dikehendaki. Tingkah laku yang baik tentunya harus dipertahankan dan dikembangkan menjadi lebih baik lagi. Untuk melakukannya dapat dilakukan dengan cara penguatan (reinforcement). Setiap perilaku yang dikehendaki akan memperoleh penguatan berupa imbalan. Imbalan dapat berupa benda atau yang lain, misalnya pujian. Ketika anak berbuat benar kemudian diperkuat dengan imbalan, diharapkan anak akan mempertahankannya untuk selanjutnya dapat dikembangkan. Imbalan atau hadiah sebaiknya diberikan segera setelah perilaku yang dikehendaki terjadi
SIMPULAN
Hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal yang disebabkan disfungsi neurologia dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian. Begitu pula anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian.
Hiperaktif disebabkan kerusakan kecil pada system saraf pusat, temperamen bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi otak, serta epilepsi, geger otak, trauma kepala karena persalinan sulit atau pernah terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan alergi makanan.
Ciri-ciri anak yang hiperaktif yaitu tidak ada perhatian, mempunyai terlalu banyak energi, impulsif, sulit untuk menunggu giliran dalam permainan, sulit mengatur pekerjaannya, bertindak tanpa dipikir, menentang, destruktif, tanpa tujuan, tidak sabar dan usil.
Cara penanganan siswa Madrasah Ibtidaiyah yang hiperaktif dalam proses pembelajaran yaitu menghilangkan atau mengurangi tingkah laku yang tidak dikehendaki atau yang tidak baik, dan mengembangkan tingkah laku yang dikehendaki atau tindakan yang baik.
REKOMENDASI
            Untuk mengatasi siswa Madrasah Ibtidaiyah yang hiperaktif saat terjadi proses pembelajaran di kelas, maka yang harus dilakukan guru adalah
1.      Memanfaatkan kelebihan siswa tersebut untuk menyiapkan pembelajaran seperti membawakan media pembelajaran.
2.      Beri tanggung jawab siswa menjadi ketua kelas atau wakil ketua, agar dia dapat mengontrol emosi dan menjadi motivasi agar dia menjadi contoh yang baik untuk teman-temannya.
3.      Hiraukan jawabannya bila dia tidak mengangkat tangan atau sebelum dia ditunjuk.
4.      Berikan dia tempat duduk dipojok depan agar kita dapat mengontrolnya.
5.      Sarankan siswa untuk mengikuti ekstrakulikuler banjari atau olah raga di  sekolah.





­­DAFTAR PUSTAKA

Lisnawanty Simanjuntak. dkk, Metode Mengajar Matematika 1, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993)
Melvin L Siberman.1996. Active Learning. Diterjemahkan oleh : Ni’ma Fata. Bandung: Nuansa Cendekia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar